Selasa, 24 Februari 2009

BILA KAU BEGITU

Bila kau begitu maka,
Aku hampa…

Tak berguna
Dan hanya melontar kata, yang tak kunjung nyata
Dan air mata ini ‘kan percuma
Namun pukulan itu sangat berharga

Ku tak bisa temukan apa yang kau sangka HILANG!
Aku rela berikan tanganku,kakiku,mataku
‘Tuk mengganti apa yang HILANG dalam sangkamu


Tak ku kira kau mengira,
Kau mati…
Kerana sisa tubuhmu HANCUR!
Kerana jiwamu SIRNA!

Dan yang TERSELAMATKAN
“Cinta dan Kasih Sayang”
Yang tak ku kira kau mengira,
Menjadi maya…
Kerana terbiarkan di udara yang tak terlihat
Lalu bagaimana aku menggapai dan melihat?!

Bila kau begitu maka,
Aku hampa…

Betapa kurasakan sendiri leburnya aku
Yang menghamburkan nafas dan mengumbar kehinaan
Lalu kupatahkan tulang rusukku…

Bayangkan betapa leburnya aku
Sungkurkan kepalaku ke tanah, meremas rapat tanganku
Dan ku ikat jantungku…

Sekali lagi,
Bila kau begitu maka,
AKU HAMPA…

Allahu Robbii
Bila aku jatuh cinta…
Maka izinkanlah aku membagi cintaku padaMU dengannya

Allahu Robbii
Bila benar Kau izinkan maka,
Kumohon baurkanlah petunjukMU atas cinta kami…
Kemudian ia terdiam, kemudian aku,

“izinkan aku pulang”

ia masih terdiam dan memalingkan muka, tak lama air mata membentuk garis tak beraturan di pipinya setelah aku memaksa pulang dengan berpamitan dengan kedua orang tuanya… dan dalam hatinya, dia berkata kepadaku…

“Jangan pulang Ta…, Tata tahu tanganku, kakiku, mataku… hilang…!!! Sisa tubuhku hancur!!! Dan jiwaku sirna!!!”

Ku tak bisa melangkah, walau ego memaksa untuk pulang. Kemudian ku hampiri dia lalu ku raih tangannya, dan ku pukulkan berkali-kali tepat di wajahku sambil berteriak di dalam hati…

“Bila kau begitu maka, aku hampa. Tak berguna, hanya bisa melontar kata yang tak kunjung nyata”

Lalu ia menahan tangannya untuk menghentikan pukulan yang ku anggap berharga itu.

“jangan Ta…!!!”

Sambil menderaskan kucuran air mataku,

“Kenapa?!”

Kembali ia hanya diam sambil meneteskan air mata

“Yang terselamatkan hanya cinta dan kasih sayang yang kubiarkan terbang di udara… aku lelah TA..!!! Lelah!!!”

Aku pun hanya diam menatapnya

“Dan air mata ini ‘kan percuma, dan ku ingin kau tahu bahwa pukulan itu sangat berharga”

Ku raih tangannya untuk kesekian kali sambil berucap maaf kupukulkan tangannya berkali-kali tepat di wajahku untuk kesekian kali pula. Tak kusangka ia mendorongku dan melebarkan matanya sambil berteriak

“Pulang! Pulanglah!”

Mendadak kaki ini tak bisa berdiri, dan bibir ini tak selicin biasanya, hanya bisa berucap,

“Maaf kan aku, ku tak bermaksud apa-apa… aku hanya ingin…
Aku menyayangimu selamanya…
Jadi maaf,”

Ia berhenti menangis, seakan lelah mendengar kata sayang dari bibirku, benar-benar melelahkan baginya kata itu lalu,

“Iya, aku juga minta maaf, aku juga sayang Tata. Terima kasih ya ta…”

Lalu kuraih telpon genggamnya lalu ku tekan tombol demi tombol hingga tersusun sebuah kalimat di layarnya,

“aku sayang kamu selamanya”

Sambil berpamitan pulang ku berikan telpon genggamnya.

“tata pulang dulu ya,
Assalamu’alaikum”

“Iya… ta, hati-hati,
Wa ’alaikumussalam”,

Dan ketika melangkah pulang hatiku berbicara

“Betapa kurasakan sendiri leburnya aku
Yang menghamburkan nafas dan mengumbar kehinaan
Lalu kupatahkan tulang rusukku
Bayangkan betapa leburnya aku
Sungkurkan kepalaku ke tanah, meremas rapat tanganku
Dan ku ikat jantungku,Aku hampa, tapi tak apa! ”
Dan seperti biasa, aku harus keluar dari rumahnya tanpa diantar, karena memang terlalu larut untuk diantar walau hanya sampai di depan pagar saja. Kutancapkan kunci motorku lalu kubuka pagar dan keluar lalu kututup lagi. Kunaiki motorku lalu kulambatkan gerakanku dan menghisap rokok, sambil berharap ku dapat menatap wajahnya untuk yang terakhir kali di malam ini. Ku menoleh lagi, melihat di sela pintu yang masih terbuka sedikit. Tak kunjung kudapati wajahnya di sela itu kemudian ku nyalakan mesin motorku, tak kusangka saat ku menoleh untuk yang terakhir kalinya ia tampakkan wajahnya dan betapa bahagia hatiku. Aku pun melaju dengan motorku sembari berdo’a di dalam hati,

“Allahu Robbii
Bila aku jatuh cinta…
Maka izinkanlah aku membagi cintaku padaMU dengannya”

“Allahu Robbii
Bila benar Kau izinkan maka,
Kumohon baurkanlah petunjukMU atas cinta kami…”

Sesampainya di rumah, langsung ku terima satu pesan di telpon genggamku. Setelah ku buka ternyata cacay, yang bertuliskan,

“Tanganku, kakiku, mataku… hilang…!!! Sisa tubuhku hancur!!! Dan jiwaku sirna!!! Yang terselamatkan hanya cinta dan kasih sayang yang kubiarkan terbang di udara… Melelahkan…. Tapi tak apa… J”

“Itulah pesan yang ia kirim padaku, spontan seribu jawaban pun ada dibenakku, walau hanya sekedar kata-kata tapi kuingin ia tahu bahwa,

“Bila kau begitu maka,
Aku hampa…
Ku tak bisa temukan apa yang kau sangka HILANG!
Aku rela berikan tanganku,kakiku,mataku
‘Tuk mengganti apa yang HILANG dalam sangkamu

Tak ku kira kau mengira,
Kau mati…
Kerana sisa tubuhmu HANCUR!
Kerana jiwamu SIRNA!

Dan yang TERSELAMATKAN
“Cinta dan Kasih Sayang”
Yang tak ku kira kau mengira,
Menjadi maya…
Kerana terbiarkan di udara yang tak terlihat
Lalu bagaimana aku menggapai dan melihat?!

Bila kau begitu maka,
Aku hampa…

Sekali lagi,
Bila kau begitu maka,
AKU HAMPA…

Dan takkan ada orang yang akan tahu dan mengerti atas masalah kami, karena itu hanya sesaat dan tak mungkin untuk ku ungkit kembali, yang bisa aku lakukan saat ini hanyalah meluapkan emosi kata yang ada di hatiku, dan aku rela bila engkau baca… Sekian.

Tidak ada komentar: