Selasa, 24 Februari 2009

Sendiri

Sendiri

Hening malam meresap kedalam kalbu
Tak ada bintang, sinar bulan pun tersamar
Daun menari ditiup riuhnya angin
Segenggam pasir berterbangan dari lekatnya bumi
Sepi membisikan kedukaan, hampanya malam terpekat oleh kalutnya pikiran
Nyanyian burung coba mengingatkan akan kebohongan rasa yang membuat sesal.
Berjalan lunglai memandang luka
Membalikkan telapak tangan keindahan hidup
Kusam mendebu tumpukan harapan
Hati didera derita, berkumpul dalam satu raga
Bunga menyilang benang menyayang duri
Buahnya jatuh mendua melekat ke bumi
Meninggalkan bekas ranting terluka
Jatuh setetes getah malang membeku sembuh membekas
Semut mengerubung menggigit semakin sakit
Sandaran baru menjadikan lupa hati akan yang menggantungnya
Langit menangis membuka tabir kelam hati
Terang bulan sabit menggantung asa
Bintang berkelip menoreh luka yang kesekian kali
Angin malam menusuk pedihnya batin
Dinginnya mengeraskan batu berhati……

Maaf ‘kan menjadi benih kehidupan yang baru
Selalu manatap kilaunya pucuk pena sejarah
Bersinar terang seterang MATAHARI

Tidak ada komentar: